Kamis, 23 Agustus 2012

NotImportant

Kamu kuat ya.
Kamu hebat ya.
Kamu ga' punya hati ya Sit?
Hatimu terbuat dari apa sih?

Diselingkuhin, ditipu, ditinggal menikah, dan ditinggalkan. Semua terjadi dalam 1 waktu. Tidak menyakitkan? Tidak. Saat itu terjadi, aku benar-benar tidak merasakan apapun. Tidak ada rasa sakit di hati, tidak ada rasa dendam, tidak ada rasa benci.

Kuat kah aku?

Benar-benar kuat ataupun berpura-pura kuat, sekarang udah ga' ada bedany lagi.
Yang pasti saat itu aku tau, rasa sakit yang akan kurasakan saat menjalani hubungan itu, mungkin ga' akan semudah yang orang kira. Mereka bilang,

Gapapa Sit, diselingkuhin saat pacaran itu sekarang sudah biasa.
Cowok emang suka nipu.
Ternyata udah punya anak ya dia? Emang itu masalah berat?

Mungkin hal yang sederhana, sesederhana kata 'menyerah'. Tapi, saat mengalami itu semua di 1 waktu, masihkah bisa mengatakan hal yang sama? Mungkin dari luar aku terlihat biasa, tetap menjalani hidup yang seolah tanpa beban. Sehingga, semua menganggap, itu hal biasa dan aku adalah orang yang kuat.

Tapi sebenarny aku ga' sekuat itu..

Aku sering menangis sampai tertidur saat itu. Hampir setahun, hapeku kubiarkan silent, karena kalau tidak, aku jadi mengharapkan sms atau telpon yang tak seharusny aku tunggu. Aku sering menjerit-jerit dalam hati, menyesalkan kenapa aku harus bertemu orang itu, menyesalkan kenapa harus aku yang mengalaminy. Gimana menderitany aku, karena tak lagi bisa tidur nyenyak untuk waktu yang tak sebentar. Sering merasa putus asa, sampai ingin mengakhiri hidup. Menyalahkan Tuhan, kenapa membiarkan kami bertemu, mengapa tidak dibelokkan saja jalan hidupku, agar aku tak pernah bertemu dengan dia. Hampir setaun, perasaan was-was datang, terutama saat tau, milikku itu sedang bersama kekasihny. Dan saat tau, ternyata aku adalah pihak yang salah, aku adalah pihak ketiga, aku ternyata adalah selingkuhanny.
Gimana frustasiny aku, saat nomorku disebar ke orang-orang jahat. Hampir setiap saat menerima sms ga' jelas, telpon ga' jelas. Gimana gilany aku mencari kesibukan saat itu, untuk mengalihkan pikiranku dari hal-hal yang ga' pantas untuk dipikirkan. Gimana rasany aku mau menangis, saat dia ga' bisa mengenalkan diriku ke keluargany, ke teman-temanny.

Aku tau, kalau aku pasrah dan membiarkan diriku disakiti, mungkin aku udah ga' ada saat ini.
Hingga akhirny, aku mencoba membatasi diriku. Daripada dilukai, lebih baik aku tidak merasa apa-apa. Aku menolak merasakan apapun. Sakit, kesal, senang, apapun.

Aku sebenarny ga' kuat. Aku sebenarny ga' sehebat itu. Aku cuma seorang pengecut, yang melarikan diri dari perasaan takut dilukai. Karena belum siap dan tidak akan siap menerima rasa sakit yang bertubi-tubi, aku melarikan diri.

Hingga akhirny, terciptalah diriku yang tampak tanpa perasaan.
Berjaga sepanjang waktu, berjaga agar ga' ada sedikitpun 'pisau' yang masuk. Itulah hal yang membuatku lelah. Membuatku ingin menyerah setiap saat, pada saat itu.
Terus berjaga. Bahkan hingga setahun setelahny.

Banyak orang bilang aku kuat. Tapi, daripada pujian, aku lebih ingin mendengar, "Sekarang istirahat ya, Sita. Kamu udah berjuang sekeras itu. Pasti melelahkan. Sekarang istirahatlah dulu. Ga' ada yang akan sakiti kamu lagi."

Aku lelah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar