Kamis, 21 November 2019

I'm the Black Sheep of the family

Ass..

Ide untuk nulis mengenai hal ini sebenarnya udah lama mengendap di pikiran. Tapi ada berbagai macam pertimbangan yang membuat aq maju mundur untuk tetap nulis ato nggak. Hingga sampe pada kesimpulan, mungkin ini memang seharusny aq tulis. Mungkin seharusny sejak dulu, sebelum semuany terlambat.

Oh iya, sebelum membaca, hanya ingin mengingatkan. Mungkin ada beberapa pihak yang merasa tulisan ini ga' pantas. Merasa seharusny tulisan ini ga' pernah ada. Mungkin sebaiknya aq mengurungkan niat untuk menuliskannya. Tapi sekali lagi, dengan berbagai macam pertimbangan yang panjang dan berliku, dengan bermaksud membagikan pelajaran yang mungkin bisa diambil dari pengalamanq ini, ada baikny memahami posisiq saat ini.

Satu quote yang cocok adalah...
You never know what someone is dealing with behind closed doors.

Cerita bermula dari aq kecil. Tinggal di pulau yang sangat kecil, suasana seperti pedesaan, tetangga bagaikan saudara. Semua saling mengenal. Walaupun ga' ada yang tau apa yang dialami keluargaq dibalik pintu yang tertutup.

Bersyukurnya masa-masa kecilq memang diisi dengan prestasi. Sering peringkat 1, beberapa kali peringkat 2, tapi ga' pernah lebih dari itu. Semua kagum, semua memuji, semua bahagia, hingga sampe pada satu titik dimana ga' ada yang merasa kaget lagi kalau aq juara. Walaupun sampe saat ini aq masih belum tau gimana cara yang baik menerima pujian, ga' pernah siap untuk dipuji.

Tapi.. hingga detik ini, ga' pernah sekalipun aq menerima pujian dari seseorang yang aq panggil ayah =) Beliau merasa juaraq adalah hal yang biasa. Merasa pintarq adalah hal yang seharusnya. Dimana menurutnya, segala kecerdasan yang q miliki adalah menurun darinya (walaupun psikolog membuktikan bahwa IQ menurun dari ibu).

Bagaikan bermuka dua, didepan orang lain, senyum terpasang. Semua orang memuji aq memiliki ayah yang luar biasa. Memiliki ayah impian. Sosok ayah yang mereka inginkan, ada didalam diri ayahq. Didepan teman-temanq, ayahq luar biasa. Didepan teman-temannya, beliau adalah yang paling berjasa membesarkanq mendidikq (walopun ga' pernah sekalipun beliau menemaniq belajar). Seandainy mereka tau apa yang terjadi dibalik pintu, gimana tanggapannya ya? =D

FYI, yang selalu aq terima dibalik pintu adalah jeweran, pukulan, tamparan. Bahkan untuk hal yang aq sendiri saat itu belum begitu mengerti mana benar dan salah (aq sudah diperlakukan seperti itu sepanjang aq sudah mulai bisa mengingat). Pujian yang aq selalu dapat adalah bentakan, makian, umpatan, kata-kata kasar dan kotor. Dari orang yang seharusny menjadi ayahq, yang seharusny menjadi pelindung nomor 1 q.

Dibanding, "Anak papa pintar", yang ga pernah q dengar sekalipun. Aq justru sering mendengar, "Bodok kamu!", "Bangsat kamu!", "Otaknya ga' dipake", "Anak ga' berguna", "Anak ga' berbakti", dan sejauh "Anak durhaka". Bisakah dibayangkan itu diterima oleh seorang anak kecil yang belum ngerti apa-apa? Tapi itu q terima hampir setiap hari, sampe aq SMP. Beruntungny aq saat SMA pisah rumah dam tinggal di asrama. Walopun saat libur tiba, aq lagi-lagi ga' bisa menjauh dari kata-kata 'pujian' itu. Sampe di masanya aq lebih senang saat rumah kami kedatangan tamu, sehingga ayahq menjadi sedikit lebih baik karena perlu jaga image.

Ayahq merupakan sosok dominan di keluarga. Apapun yang keluar dari mulutny ga' bisa disanggah dan ditolak. Perintahny adalah keharusan entah itu salah ataupun benar. Ga' bisa menerima kritik, dimana ybs bisa langsung uring-uringan dan ngamuk-ngamuk ga' jelas kalau di kritik. Piring terbang adalah pemandangan sehari-hari hingga aq sampe dititik dimana hal itu adalah hal biasa di rumah. Piring terbang satu arah, karena ibuq orangny lembut. Eniwei, saking dominannya, makan harus di meja makan, itu yang selalu diterapkan dari aq kecil. Tapi ga' pernah sekalipun ada obrolan hangat dan canda tawa di suasana makan kami. Diam, mematung, tegang, bisa dibayangkan dimana makan sambil terus waspada jangan sampe berbuat hal yang bisa menjadi kesalahan sekecil apapun. Sejujurny aq sering iri kalo ngeliad teman bisa bercanda dengan ayahnya, olok-olokan dan balas-balasan omongan dalam suasana yang baik. Karena aq ga' bisa =)=

Ulang tahun anggota keluarga selalu dirayakan dengan dinner di restoran. Lalu dipamerkan di grup wa keluarga besar. Tidak ada suasana hangat, hanya kebutuhan sosial. Namun semua beranggapan keluargaq adalah keluarga harmonis dari surga, walopun nyatanya berkebalikan.

Saat aq lulus SMA, sama seperti anak lainnya, aq dipaksa untuk masuk ke jurusan kedokteran. Sebenarny kalo itu memang kemauan orang tua, aq bisa ikhlas. Tapi saat itu tersiar berita di keluarga besar, "Sita jadi dokter saja, karena di keluarga besar kita belum ada yang dokter". Are you kidding me? Mengorbankan diri untuk keluarga besar? Dan dijadikan alat untuk membanggakan diri oleh orang yang q anggap ayah yang bahkan saat itu ga' mau mengerti apa yang q inginkan? Akhirny aq menolak. Aq ga' pernah mau mengorbankan masa depanq untuk siapapun. Itulah awal mula perang dunia kesekian terjadi.

Perlakuan padaq makin buruk. Makian makin banyak, umpatan makin kasar, tamparan makin menjadi-jadi, dimana seringny aq terima hanya karena aq berpendapat dan pendapat itu berbeda darinya. Ya, aq dibesarkan di kluarga yang tidak menerima perbedaan pendapat. Aq juga dibesarkan di keluarga dimana aq dan adikq harus selalu meminta maaf kepada ayahq, meskipun kami ga' bersalah.

Sayangny ibuq benar-benar pasif, menerima semua perlakuan ayahq bahkan semenjak awal. Tidak pernah membela anak-anakny. Ikut memaksa kami meminta maaf kepada ayah walaupun kami ga' mengerti salah kami.

Kami diajarkan etika, tapi kami tidak diajarkan berbaik hati. Kami diajarkan untuk jadi penurut, tapi kami tidak diajarkan untuk berani bersuara saat benar. Kami diajarkan untuk rendah diri. Diajarkan untuk selalu salah. Diajarkan bahwa kami ga' pernah cukup. Diajarkan bahwa kami ga' pernah baik.

Banyak hal sulit yang terjadi ketika di lingkungan keluargamu terdapat "toxic people". Salah satu yang terparah adalah narsistik, dimana tidak ada orang yang dianggapny lebih baik dariny. Ga' pernah puas terhadap apapun, selalu melihat hal dari sudut negatif dan memaksa orang untuk juga berpendapat sama. Pun ketika aq mengenalkan pria-pria yang mungkin seharusny bisa menjadi pendampingq saat ini, tidak ada hal baik dimatanya. Dan yang paling menakutkan dari seorang narsistik adalah, saat aq menulis ini, mungkin ga' ada seorangpun yang percaya, karena dia mampu memainkan perannya dengan baik di luar rumah =)

Tidak hanya soal pasangan. Pun soal pekerjaan begitu. Soal mengambil keputusan untuk hal-hal lain pun begitu. Harus sesuai dengan mau ayahq. Bukan dengan cara yang baik, tapi dengan kekerasan (FYI, beliau memiliki pola pikir dimana mendidik harus dengan kekerasan. Salah harus dihukum baik verbal maupun fisik, benar tidak perlu dipuji karena hal yang seharusny). Merasa tegang saat dia ada, terasa lebih baik saat dia ga' ada. Harus sangat sangat berhati-hati dalam bersikap dan berucap, sedikit pemicu mampu menghancurkan 3 hati (aq, adik, dan ibu). Di rumah seperti ada bom waktu, bisa meledak kapan aja. Hingga aq sampe pada titik, hidupq bukan milikq. Karena bukan milikq, aq ga' peduli kalau aq hancur =)=

Lalu pelajaran apa yang ingin aq bagikan? Hanya satu hal. Please choose your partner wisely. Mungkin pada awalny kamu beranggapan bahwa dia bisa berubah. Tapi tidak. Ada tiga kemungkinan : 1. Dia berubah kearah yang baik, 2. Dia tidak berubah, 3. Dia berubah kearah yang buruk. Masing-masing memiliki kemungkinan 33%. Kecil kemungkinan kalau kamu berharap dia berubah ke arah yang baik, hanya 1/3 kemungkinan. Lalu kalau sejak awal sudah buruk, kamu tau ada hal yang ga' beres, hanya demi 33%, kamu mau mengorbankan hidupmu dan hidup anak-anakmu kelak? Ibuq memulai hal dengan cara yang salah, berjalan dengan buruk bertahun-tahun lamany hingga ga' bisa terobati. Tolong jangan lalui jalan yang sama dengannya.. Aq pun begitu, aq mungkin ga' akan memulai apapun. Karena saat ini, semua hal terlihat sangat membahayakan buatq. Lebih baik mati tidak ada yang menangisi daripada hidup dengan seseorang yang selalu membuatmu menangis.

Ingin tau apa dampaknya terhadapq? Aq orang yang memiliki kepercayaan diri rendah, tidak pernah berani mengajukan pendapat, selalu merasa segala hal buruk yang terjadi adalah kesalahanq, tidak pernah berani mengambil keputusan, tidak berani memulai apapun, tidak bisa membela diri sendiri saat dilecehkan. Jangan percaya dengan penampilan luar, aq sudah belajar selama 29 tahun untuk memakai bermacam-macam topeng =) Tersenyum itu mudah, hingga menjadi terbiasa. Walo hidupq saat ini sudah hancur.

Please, jangan hancurkan hidup calon anak-anak lainnya...

=)