Ass..
Sedikit teringat kisah lama. Waktu saya lagi 'lucu-lucu'ny, lagi 'polos-polos'ny. Saat itu, menurut saya dunia tidaklah keras, tidaklah sulit menghadapi apapun. Mungkin karena sifat saya yang saat itu cuekny keterlaluan, hanya hal-hal baik dan indah yang bisa saya lihat, saya dengar, dan saya rasakan.
Menjalani hidup penuh dengan senyuman adalah salah satu hal yang paling biasa saya lakukan.
Cuaca ga' selalu bagus. Kadang hujan, kadang cerah, kadang bergemuruh, kadang berpelangi. Tapi seperti yang saya bilang sebelumny, hanya pelangi yang saya lihat. Naif mungkin. Atau karena jiwa saya yang saat itu masih terlalu kanak-kanak (atau sekarang?).
Lambat laun mata saya semakin terbuka. Saya mulai bisa melihat segala kesulitan dan penderitaan hidup. Keluhan-keluhan, kesusahan orang lain, kesedihan orang lain. Saya mulai sadar, ternyata ga' cuma ada pelangi.
Salah satu hal yang paling saya ingat, saat saya SMA. Saat itu saya abis ulangan pelajaran yang saat itu menurut saya sangat sulit, tapi saya lupa apa. Tepat setelah ulangan selesai, semua teman-teman mulai menjerit-jerit, "Ulanganny susaah", "Aku salah jawaaabb", "Remidi deh akuu", dan lain sebagainy. Disaat yang bersamaan, saya hanya mampu terdiam dan mengamati sekeliling saya. Bagaimana mungkin mereka bisa begitu mudah mengatakan hal yang sangat sulit untuk saya katakan?
Akhirny saya sadar. Sebenarny saya bisa merasakan kesulitan itu, penderitaan itu, tapi saya hanya terbiasa untuk tidak menyuarakanny, untuk terus menyimpanny untuk saya sendiri. Mungkin selama ini saya hanya terus meyakinkan diri saya, bahwa hal ga' enak pasti akan berakhir, dan itu ga' layak untuk diingat. Karena semakin dibicarakan, justru akan semakin tersimpan dalam ingatan.
Dulu saya merasa sedih dan bingung. Kenapa sulit bagi saya untuk menyuarakan apa yang saya rasa. Sepertiny menyenangkan kalau bisa mengutarakan apapun.
Tapi seperti dihantam benda keras, saya sekarang sadar. Saya merindukan diri saya yang dulu. Diri saya yang lugu, diri saya yang polos, diri saya yang gampang tertipu, diri saya yang memandang semua hal dari bagian terindahny.
Sepertiny saya telah cukup jauh berlari, hingga kehilangan arah.
Fiuh...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar