Apakah sekarang semua hal harus dilihat dari segi untung dan rugi?
Tidak seharusny seperti itu.
Apakah sekarang semua harus dilihat kaya dan miskin?
Kita lahir tanpa membawa apa-apa, sudah seharusny menjalani hidup pun tanpa memikirkan segi itu.
Mencoba menjadi manusia yang tulus.
Tulus memberi, tulus menerima.
Tulus menghormati, tulus dihormati.
Tulus menghargai, tulus dihargai.
Tulus menerima bahagia, tulus menerima luka.
Mengkotak-kotakkan orang berdasarkan kekayaan.
Memang siapa kita?
Saat lahir, memang kekayaan apa yang kita punya?
Semua itu cuma titipan.
Orang menjadi kaya itu membuktikan bahwa orang tersebut sudah berjuang keras.
Orang menjadi miskin membuktikan bahwa orang tersebut tidak berjuang apa-apa.
Belum tentu!
Ada orang yang berusaha setengah mati, tapi tak mendapatkan hasil yang sebanding.
Ada orang yang leyeh-leyeh, tapi hasilny justru melebihi yang seharusny.
Yang benar adalah hidup penuh syukur.
Seberapa pun kita diberi, syukuri.
Bukan kita yang menentukan rejeki.
Jadi tidak seharusny kita besar kepala sekecil apapun hasil yang kita dapat.
Saya memang masih hijau di dunia ini.
Tapi saya terus belajar.
Bahwa cinta itu nyata.
Bahwa ketulusan itu ada.
Bahwa harta bukanlah segalany.
Hidup ini hanya sebentar, jadikan semua kabar sebagai hikmah. Ingat selalu, tertawa bahagia di atas sepeda tua, jauh lebih baik dibanding menangis sepi di atas mobil mewah.Saya tak apa-apa jika hidup saya diatur Allah, karena memang begitu seharusny.
Tere Liye
Tapi saya tak bisa, jika hidup saya diatur oleh selain Allah.
Dan buat saya, harta tak pernah menjadi alasan saya untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
Tidak juga latar belakang keluarga.
Tidak perlu syarat apapun.
Yang penting adalah ketulusan.
Mungkin ada orang-orang yang takut diperalat.
Tapi saya tidak.
Walau mungkin mudah tertipu, tapi saya yakin Allah selalu menjaga saya.
Cukup Allah, tak perlu yang lain.
Dan..
Saya hanya ingin menghabiskan masa tua bersama seseorang yang denganny saya bisa menjadi diri saya sendiri.